Sabtu, 08 September 2012

BRIGJEN. (ANUMERTA) KATAMSO


 Lahir                : Sragen, Jawa Tengah, 5 Februari 1923
Wafat               : Yogyakarta, 1 Oktober 1965
Makam            : TMP Semaki, Yogyakarta

Katamso memulai karir militernya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, yakni pendidikan para militer bentukan Jepang. Kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan ia bergabung dengan TKR dan diangkat sebagai Komandan Kompi di Klaten. Katamso bersama pasukannya seringkali terlibat pertempuran dengan tentara Belanda pada saat Agresi Militer Belanda Berlangsung.
Katamso pernah ikut terlibat dalam Operasi Merdeka Timur di bawah pimpinan Letkol Soeharto. Operasi militer tersebut digelar untuk menumpas gerakan pemberontakan batalyon 426 yang menyatakan bergabung dengan DI/TII di bawah pimpinan S.M. Kartosuwiryo.
Demikian juga pada waktu terjadinya pemberontakan PRRI/Permesta, Katamso diangkat menjadi Komandan Batalyon A Komando Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani. Selanjutnya, Katamso diserahi tugas sebagai Kepala Staf Resimen Tim Pertempuran (RTP) II Diponegoro di Bukit Tinggi. Tugas utamanya ketika itu melakukan pembersihan, penumpasan, dan menjaga keamanan wilayah dari gerombolan pengacau keamanan.
Dari Bukit Tinggi ia kembali dipindahtugaskan sebagai Kepala Staf Resimen Riau Daratan Kodam III/17 Agustus dengan tugas yang sama. Setelah Sumatera kembali aman, ia ditarik ke Jakarta dan menjabat sebagai Komandan Pusat Pendidikan Infantri (Pusdikif) di Bandung.
Tahun 1963, Katamso diangkat menjadi Komandan Resort Militer (Korem) 072, Kodam VII/Diponegoro yang berkedudukan di Yogyakarta. Katamso juga aktif dalam membina dan memberikan latihan militer kepada Resimen Mahasiswa (Menwa) untuk mengantisipasi ancaman PKI yang saat itu sedang berupaya untuk melakukan perebutan kekuasaan. Karena sikapnya itu, Katamso dimusuhi oleh PKI.
Sehingga pada waktu terjadinya G-30-S/PKI di beberapa kota seperti di Jakarta dan Yogyakarta, Kolonel Katamso juga menjadi target penculikan dan pembunuhan. Katamso diculik dan dibawa ke daerah Kentungan, sebelah utara Yogyakarta, kemudian dibunuh. Tanggal 22 Oktober 1965 jenasah Katamso ditemukan, dan selanjutnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Sebagai catatan, Katamso juga dikenal giat dalam mengembangkan pendidikan untuk masyarakat umum. Katamso oleh Pemerintah RI dianugerahi gelar pahlawan revolusi berdasarkan SK Presiden RI No.118/KOTI/1965.

Sumber: Ajisaka, Arya. 2004. Mengenal Pahlawan Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar